Long Story of My Life: June 2007

Sunday, June 24, 2007

Memilih Pemimpin Ibukota

Tidak lama lagi penduduk Jakarta akan melaksanakan pesta demokrasi, dengan akan dilaksanakannya PILKADA DKI tanggal 10 Agustus 2007 yang akan datang, untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan memimpin DKI untuk masa 5 tahun kedepan sampai tahun 2012.

Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia tentunya menjadi barometer dari kota-kota lain di Indonesia, juga semestinya mampu menjadi contoh bagi daerah-daerah lain, dan juga menjadi ukuran penilaian orang-orang luar negeri kala menjejakkan kakinya di Ibukota tercinta.

Kenyataan sekarang memang masih jauh dari harapan, karena Jakarta hanya terlihat "wah", hanya di daerah-daerah dan jalan-jalan protokol seperti kawasan Thamrin, Sudirman,dan sebagian daerah elite lainnya.

Coba kita lihat di kawasan lain seperti Senen, Tanah Abang, Pulo gadung, pasar-pasar tradisional di semua kawasan di lima wilayah kota DKI, gubuk-gubuk di sepanjang rel KA terlihar kumuh, jorok, angkutan kota yang semrawut, pengemis berkeliaran dimana-mana, banyak preman-preman sehingga banyak tindakan kriminal terjadi. Kita memang kalah jauh dengan kota-kota di negara lain termasuk negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, dgn Ibukota Kualalumpur yg bersih, tertib, disiplin tinggi para pengguna jalan sehingga tidak ada kemacetan, kota terasa sejuk dengan taman-teman kota yang indah.

Kenapa ya di Jakarta ini susah banget orang diajar untuk tertib, menjaga kebersihan dan disiplin di jalan?

Nah, dengan kenyataan inilah harapan besar kita untuk merubah Jakarta menjadi Ibukota yang aman, tertib, bersih, dan damai kita gantungkan kepada calon pemimpin kita, Gubernur DKI melalui PILKADA yang akan datang.

Tgl 7 Juni yang lalu sudah 2 pasangan CAGUB dan CAWAGUB yang didaftarkan secara resmi ke KPUD oleh partai-partai politik pendukung masing-masing pasangan. Pasangan Adang Darojatun dan Dhani Anwar diusung oleh PKS sedangkan Fauzi Bowo dan Priyanto diusung oleh lebih kurang 25 partai politik. Sayang untuk PILKADA sekarang, calon independen belum bisa diterima sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi. Kalo bisa diterima, tentu PILKADA akan lebih seru, dengan tersalurkannya aspirasi seluruh masyarakat baik melalui partai politik maupun non partai.

Bagaimana kita seharusnya memilih gubernur sebagai pemimpin ibukota tercinta?

Sebagai muslim, kita harus bepedoman kepada Nabi kita, Rasullullah SAW yang mempunyai 4 sifat yang mulia yaitu Siddiq(jujur), Amanah(bisa dipercaya), Fathonah(cerdas)dan Tabligh (pandai berdiplomasi/berpolitik).

DR.ING.H.FAUZI BOWO yang berpasangan dengan H.Priyanto bisa dikatakan pasangan yang hampir mempunyia 4 sifat-sifat terpuji tersebut, karena sebagai seorang muslim Betawi, beliau adalah orang yang jujur, tawadhu, tepat waktu(disiplin), rajin beribadah.

Beliau juga sudah malang melintang sebagai pegawai dan pejabat di lingkungan PEMPROV DKI selama 30 tahun, sehingga benar apa yang dikatakan oleh DR.H.Tutty Alawiyah AS, mantan Menteri Peranan Wanita RI, bahwa beliau adalah pemain, bukan penonton.

Tentunya beliau sudah sangat berpengalaman di pemerintahan propvinsi DKI, sehingga faham dan tahu betul apa kelemahan dan permasalahan di kota ini, sehingga kalau saja Allah SWT menghendaki beliau menjadi orang No.1 di Ibukota ini, beliau tahu apa saja yg perlu diprioritaskan terlebih dahulu untuk membangun ibukota tercinta ini, terutama membangun akhlak dan agama penduduk Jakarta baik pejabat maupun masyarakatnya, agar Jakarta menjadi kota yang agamis dan bebas narkoba.

Membangun Jakarta harus dengan itikad, etos kerja yg tinggi, kemampuan dan pengalaman luas.

Sepertinya itu semua ada pada figur Bapak DR.ING.H.Fauzi Bowo yang menyandang gelar Doktor Engineur bidang tatakota dari Jerman. Semoga Allah SWT memberi rahmat dan hidayah untuk beliau berdua. Amiien.

posted by rustini @ 1:41 PM 0 comments